Sepi, hening dan nyaman. Begini suasana dinihari sesaat tiba di pasar
persis didepan mesjid sekitar dermaga Danau Panggang.
Beberapa
barisan nasi bungkus telah siap berjejer didepan warung-warung makan yang kami
lewati. Belum terlihat pun matahari pagi
ini, sembari menunggu adzan subuh ke-31
volunteer yang tergabung dalam 1000_guru_kalsel bersantai menikmati
hening. Terlihat beberapa volunteer ikut bantu bus
memarkir, beberapa masih membersihkan
muka lelap, dan beberapa lagi sudah siap
dengan kopi morning dibangku warung depan mesjid.
Sesuai
rencana pagi ini, 31 volunteer 1000_guru_kalsel siap berbagi dengan Sekolah
Dasar Negeri Pal Batu, Sebuah sekolah
yang beberapa waktu lalu kami sambangi saat survey. Dalam kegiatan ini para volunteer membawa 100
tas donasi untuk 100 siswa, serta mengantarkan beberapa barang donasi lain yang
telah terhimpun sejak sebulan lalu hingga berlangsungnya kegiatan pada tanggal
14-15 Oktober 2017.
Demi
mencapai Desa Pal Batu, Volunteer
harus menempuh perjalanan susur sungai selama 1 jam setelah sebelumnya menempuh
jalur darat selama 5 jam dengan menggunakan bus dari Banjarbaru.
Sebuah
pengalaman menarik bagi mereka yang belum terbiasa dengan ritme kegiatan
1000_guru_kalsel yang cukup melelahkan. Dimulai sejak keberangkatan pada jumat
tengah malam hingga sejak tiba dilokasi
Sabtu dinihari, volunteer ber-estafet membagi waktu dengan mengemas antara barang pribadi dan donasi yang cukup banyak. Beruntung, tiap kegiatan
'traveling and teaching' para volunteer rela untuk saling membantu dengan berbagi
tugas.
Dalam
perjalanannya, 1000_guru selalu mengajak orang-orang baru untuk ikut bersama
berkontribusi menjadi guru sehari demi pendidikan anak sekolah pedalaman. Sukses juga bagi 1000_guru_kalsel membuat
para volunteer yang belum saling kenal, seperti
seakan-akan bertemu sahabat yang sudah lama terpisah.
Seperti perjalanan survey lalu, menuju desa Pal
Batu menyimpan banyak kisah menarik. Seperti menyisir luasnya hamparan ilung yang terombang-ambing akibat perahu yang hilir mudik, bentangan titian panjang, serta ratusan burung camar beterbangan bak penyambutan terhadap kami masih terasa pada hari
tersebut.
Tidak jauh dari sekolah sebuah dermaga kecil dibawah jembatan gantung, kelotok kemudian ditambatkan ditepinya. tersembunyi diantara rimbunnya barisan ilung (eceng gondok). Pemandangan pertama didermaga terlihat beberapa warga paruh baya sedang berkumpul, mereka tengah asik memanen hasil tangkapan ikan sungai dari pada rengge. Rengge adalah nama lain alat tangkap ikan yang terbuat dari jaring nylon.
Dikejauhan, pemandangan lain juga terlihat Bapak Pembakal dan istri menunggu didepan rumah tepat diujung dermaga. Nampak serasi memang, kompak dengan kemeja Sasirangan ungu bercorak khusus. Bukan hanya itu, mereka mengisyaratkan bahwa mereka juga begitu ramah dan terbuka akan kedatangan volunteer 1000_guru_kalsel. Sebuah kesan yang tersampaikan kepada kami sekumpulan tamu begitu jelas.
Pukul 09.00 Wita, volunteer tengah menyapa adik-adik siswa SDN Pal Batu di halaman terbuka depan kelas.
Halaman yang beralaskan susunan papan ulin berkonstruksi panggung ini cukup menampung kami samua beserta seluruh murid, cukup luas dan cukup kokoh. Bahkan lebih banyakpun masih mampu~
Pada saat sesi Ice Break, terlihat siswa begitu antusias terhadap volunteer yang mengajak mereka berjoget, tidak hanya sekedar melepas kantuk pagi ini ice break sekaligus membantu mendekatkan diri terhadap mereka.
Sesi dikelas adalah inti dari kegiatan 'Teaching' hari ini, disini volunteer bisa berinteraksi lebih dengan siswa melalui materi, games, ataupun kuis berhadiah.
Ada banyak hal mengejutkan ketika menjalani proses mengajar dikelas, terlebih adalah pengalaman tiap volunteer dalam setiap kelasnya.
Salah satunya, menarik disimak cerita seorang murid bernama Sadri. Sadri bukan seperti murid pada umumnya, seorang Sadri pandai melantunkan madihihin. Sebuah kesenian khas Suku Banjar yang belakangan telah jarang kita jumpai di Kota. Lantang dan lancar Sadri melantunkan madihin yang berkonten sindiran berkemas jenaka, hal ini tentu saja sontak membuat para volunteer tertawa terbahak-bahak bersama para murid lain dan guru yang menyaksikan dari balik luar jendela.
Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tetapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar (Wikipedia).
Untuk hal-hal sederhana seperti inilah yang membuat kami begitu antusias untuk terus melanjutkan dari kegiatan satu menuju kegiatan selanjutnya. Harapan kami untuk kegiatan selanjutnya 1000 guru bisa lebih banyak membantu murid-murid sekolah pedalaman. Lebih banyak bertemu dengan orang-orang dermawan sebagai volunteer yang rela berbagi dan meluangkan waktunya pergi menuju pedalaman Kalimantan Selatan.
Luar biasa! Inilah yang perlu dilakukan pemerintah. Kunjungi daerah pedalaman. Ketahui apa yg terjadi di daerah pedalaman. Agar kebijakan2 yang akan di keluarkan bisa sesuai juga dengan daerah pedalaman. Sukses terus untuk 1000 guru kalsel.
Luar biasa!
ReplyDeleteInilah yang perlu dilakukan pemerintah.
Kunjungi daerah pedalaman. Ketahui apa yg terjadi di daerah pedalaman.
Agar kebijakan2 yang akan di keluarkan bisa sesuai juga dengan daerah pedalaman.
Sukses terus untuk 1000 guru kalsel.
Semoga kegiatan seperti tetap akan terus berlangsung.. :)
Delete