An Unexpected Journey : Dataran Tersembunyi Menuju Mandin Tujuh



Kalau sedang ditengah alam, seperti ada rindu yang mendalam.  nampak lupa sedang usia berapa saya.
Entah hanya terlihat sedang tertawa atau sedang bahagia, terpenting ini bukan rutinitas biasa.  Sebab berada dibalik meja dengan sejumlah gambar kerja ditambah berkas berjuta kata, begitu banyak pikiran tersita.
Syukur, keduanya adalah hobi walau sukar. Antara ada hobi yang menuntut saya untuk bayar, dilain sisi ada pula hobi yang dibayar.

Empat hari adalah waktu yang lumayan cukup untuk menghabiskan masa libur. Tergolong “long weekend”  bagi saya, marilah kita coba melakukan perjalanan. 
2 hari mungkin lebih efektif untuk beristirahat dan sedikit lakukan persiapan, lalu sisa 2 hari terakhir akan kami habiskan untuk mencari perjalanan yang menyenangkan.  Kali ini saya dan beberapa rekan lain sedang merindukan bermain air di salah satu sisi kaki pegunungan meratus. Pegunungan yang selalu menyimpan misteri dari keunikan-keunikannya Kalimantan. 

Setiap perjalanan selalu punya kejutannya tersendiri, banyak hal-hal diluar dugaan memang selalu muncul. Ada kejutan yang baik dan beberapa lagi adalah kejutan yang banyak memberi pengalaman berjalan. 

An Unexpected Journey  : Dataran Tersembunyi Menuju Mandin Tujuh
Tergolong singkat, hanya berjarak 3 jam perjalanan melalui darat dan air. Namun menurut penuturan warga lokal, kami adalah orang luar desa pertama yang berniat mendapati air terjun “Mandin Tujuh”. Nama Mandin (Lokal) yang berarti Air Terjun dan Tujuh adalah nama yang diambil dari banyaknya tingkat tebing air terjun. 


Captured by © hafiz_ha20 
Sejak awal mandin adalah sebuah destinasi, lalu berekspektasi bahwa melompat dan berenang di kolam air terjun akan saya rasakan.  Namun tak semua kenyataan perjalanan berbanding lurus dengan ekspektasi, mengingat saya dan rekan adalah orang luar desa pertama yang kesana. 

Tak banyak yang bisa dijelaskan tentang keadaannya oleh guide dari desa lokal, sebab terakhir kali kesana adalah belasan tahun lalu. Tersesat mungkin bisa saja terjadi, terhenti dijalur yang tertutup karena pohon-pohon tumbuh dijalan setapak yang mulai hilang adalah kemungkinan terbesar selain dari gangguan hewan liar. Seperti menebak isi manggis, sayapun mulai merubah ekspektasi dan berharap perjalanan akan lebih menarik seperti halnya "berproses".
Sejak siang langit tak nampak kelabu, cukup terang dan sangat baik untuk memulai perjalanan.
Dua jam berlalu memotong jalur danau dikaki pegunungan meratus dengan kapal kayu, beberapa lama hingga akhirnya bertambat menepi menandakan tiba disebuah desa. Desa yang bagi saya kini tak asing, karena ini adalah kali ketiga saya menyambanginya dalam tiga tahun terakhir.

Seperti biasa transit penumpang dan barang dari kapal satu, berpindah menuju kapal satu menuju kapal lain yang akan mengantar ketujuan selanjutnya. Transit tersebut disebabkan kebijakan pemimpin desa (Pembakal) tak memberikan izin berangkat jika bukan sewa kapal dari desa lokal, sementara kapal pengantar pertama hanya sebatas mengantar menuju desa.
Peraturan seperti ini memang cukup bijak, mengingat penduduk lokal juga harus mendapatkan manfaat dan income-nya sendiri.

Perjalanan menuju desa | © irvan_akhmad

Sedikit berdiskusi tentang tujuan kami,  bernego dengan guide lokal,  mengetahui sedikit trek yang akan dilalui,  dan kemudian perjalananpun akan siap dimulai. 
Sejak berdiskusi, dari sanalah ekspektasi mulai berubah. Dan seharusnya perjalanan harus lebih menarik dari tujuan.


© Rusyaidiahmad
Benar saja, suasana pertama yang saya tangkap di 500 meter terakhir adalah savana rumput luas dengan aliran sungai berliku yang tiap jarak-jaraknya terdapat batang kayu pohon mati.  Sepintas terbayang sebuah cerita fiksi bak sekumpulan hobbit terdampar yang ingin merebut kembali kerajaan Erebor,  pikir saya inilah pulau yang akan menjadi permukiman kami para Hobbit saat ini. Menyenangkan, dan rasa hati ingin bermalam disini~


Mandin Tujuh cukup memiliki jalur yang beragam rasa, mulai dari trek berjalan ditengah perkebunan karet warga, hutan yang lembab, serta savana ilalang dipenghujung jalur trek dihari pertama.

Meluruskan niat,  berjumpa air terjun merupakan cita-cita dari perjalanan kali ini. Sementara waktu menuntut rombongan harus meninggalkan tepi pulau fiksi yang sekilas membangkitkan imajinasi. 

Sejak tiba dipulau, dua jam treking cukuplah perjalanan hari ini. Walau belum tiba ditujuan air terjun Mandin Tujuh, hari itu waktu sudah pukul 16.00 Wita. Sebab sejak awal target treking memang direncanakan hingga pulul 16.00 Wita, mengingat harus mencari letak bermukim sementara. Savana ilalang adalah pilihan terakhir kami untuk bermalam sebab dinilai cukup luas dan lapang untuk kapasitas 6 tenda. Mendirikan tenda, menyiapkan makan malam ataupun membersihkan diri merupakan tugas baru bagi rombongan.  

Tugas baru, yaitu membersihkan ilalang yang tingginya hampir sepinggang orang dewasa.  
Beruntung, letak camp savana ilalang tak begitu jauh dengan aliran sungai jernih yang mengalir. Hal ini memudahkan untuk mengambil persediaan air dan sedikit membersihkan badan dari lumpur bekas hujan tadi malam.  


© Rusyaidiahmad

Mandin Tujuh cukup memiliki jalur yang beragam rasa, mulai dari trek berjalan ditengah perkebunan karet warga, hutan yang lembab, serta savana ilalang dipenghujung jalur trek dihari pertama. Menurut pengakuan guide lokal, savana ilalang ini adalah batas kawasan terakhir warga sering datangi.  Sementara trek esok hari adalah jalur trek baru yang hampir tak pernah warga lokal lalui. Walaupun untuk urusan berkebun sekalipun~


© Rusyaidiahmad

---------------------------------------- b e r s a m b u n g -----------------------------------------
An Unexpected Journey  : Mandin Tersembunyi Dibalik Rimbun Hutan





An Unexpected Journey : Dataran Tersembunyi Menuju Mandin Tujuh An Unexpected Journey  : Dataran Tersembunyi Menuju Mandin Tujuh Reviewed by Dimensi Tiga Indonesia on December 27, 2017 Rating: 5

6 comments:

  1. lihat cerita admin di artikel ini jadi ngiri, huhuhuh,, mantap minn......

    ReplyDelete
    Replies
    1. sesekali memang libur harus diisi dengan perjalanan, walau melelahkan tapi berkesan

      Delete
  2. Wah, keren! Ditunggu artikel selanjutnya.

    ReplyDelete
  3. Sungainya keren dengan rerumputan hijau,, indah banget..

    wah wah, melewati jalur yang belum terjamah dong? :D

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
  4. Daratan disana memang sedikit menyita sekian detik untuk terpana... hehe...
    Jalur lama yang kini sudah belasan tahun sudah tidak pernah lagi dilalui oleh orang... sedikit membuka kembali jalur, dengan navigasi arah hulu sungai mandin (air terjun) Tujuh bisa deitemukan... hehe

    Salam, Terima Kasih telah berkunjung Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete

Pengunjung yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar :)

Powered by Blogger.