ATAP RUMBIA, PRIMADONA MATERIAL DARI DESA
Kali ini keberuntungan saya adalah melihat bagaimana membuat lembaran atap dengan menggunakan daun rumbia sebagai material utama. Menyusun dan mengikat lembaran-lembaran daun rumbia menjadi lembaran atap sudah menjadi keterampilan warisan masyarakat kelurahan Birayang, Kecamatan Batang Alai Timur, HST.
Banyak hal yang saya temui kali ini, dari bagaimana para pelaku terampil membuat bagian-bagian arsitektur yang memanfaatkan dari hasil alam.
Keterampilan menganyam dan mengikat mungkin bisa saja dahulu adalah hasil inovasi dan pembelajaran dari lompatan periode-periode zaman, sebagai cara bertahan hidup / survive dari alam itu sendiri. Kini populer istilah keterampilan bushcraft sebagai cara bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang tersedia di lingkungan sekitar. Sedang zaman dahulu tidak hanya mempelajari cara bertahan hidup, melainkan mereka mampu menemukan detail arsitektur yang abadi dan ideal terhadap keseimbangan alam.
Kali ini keberuntungan saya adalah melihat bagaimana membuat lembaran atap dengan menggunakan daun rumbia sebagai material utama. Menyusun dan mengikat lembaran-lembaran daun rumbia menjadi lembaran atap sudah menjadi keterampilan warisan masyarakat kelurahan Birayang, Kecamatan Batang Alai Timur, HST.
Kemampuan Memilah dan Memanen daun yang telah tua adalah salah satu kunci bagaimana nanti atap rumbia dapat bertahan terhadap iklim tropis dengan usia dan ketahanan yang cukup lama. Hal lainnya, ketahan rumbia juga dipengaruhi dari derajat kemiringan pasang, idealnya berkisar 35-45° terhadap bangunan rumah. Semakin landai semakin mudah iklim menggerus usia sang rumbia, menurut informasi beberapa sumber rata-rata menyebutkan ketahanan ideal daun rumbia yang telah kering mampu bertahan di usia 5-10 tahun.
Ketelitian para terampil dalam membuat tidak terpengaruh satuan metric atau inch dalam pembuatannya, melainkan terbiasa menggunakan bagian anggota tubuh berupa jengkal telapak tangan dalam hal proporsi lembarnya.
Mengesankan.
Tiap lembar berkisar antara 6-7 jengkal orang dewasa, perbedaan biasanya hanya terdapat dari berapa panjang jengkal pembuat potongan bilah bambu yang digunakan sebagai tulangan di pangkal lembaran.
Lembaran-lembaran daun tua kemudian disusun dan diikat/jahit menggunakan kulit bambu, pada bilah yang telah dipotong sesuai proporsi sebelum akhirnya dijemur untuk dikeringkan sebagai finishing akhir.
Saya harap puluhan tahun mendatang atap ini tetap digemari/ digunakan dan dibuat para terampil terus menerus.

No comments:
Pengunjung yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar :)